Header Ads

“Sebagian orang memimpikan sukses. Sementara yang lainnya bangun dan kerja keras untuk sukses”

TUMPUKAN HELM-HELM TAK BERIDENTITAS YANG SERING MENGHILANG

SURABAYA – Kriminalitas selalu menjadi perbincangan yang hangat di setiap media. Seakan-akan kriminalitas menjadi sub topik yang tak pernah absen dalam berita. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menambah kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi era yang ‘katanya’ sudah tergerus ke arah kebebasan. Ketika mata masyarakat sudah dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besar yang melanda, beberapa hal yang harusnya dipersoalkan seakan-akan menjadi hal wajar. Namun, hal-hal yang dianggap ‘wajar’ tersebut sebenarnya tak dapat diabaikan begitu saja. Seperti halnya satu sampah kecil,  akan sangat membeludak jika ditumpuk di tempat yang sama. Begitu pula dengan tindak kriminalitas dalam skala paling kecil yang sering diabaikan.
            Salah satunya adalah kasus pencurian helm. Dimana bagi sebagian orang, merupakan hal kecil yang tak patut dipersoalkan. Beberapa waktu yang lalu Senin (25/10), Silvia (18) yang merupakan mahasiswa baru Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya, mengaku kehilangan helm miliknya. Helm tersebut diletakkannya di tempat penitipan helm di parkiran FST saat pagi hari. Sorenya, ketika ia hendak pulang ke kosnya di daerah Mulyorejo Utara, helm miliknya sudah tidak ada. Dia tak dapat menemukannya setelah beberapa kali mencarinya. “Tidak mungkin tertukar juga mbak”, ujarnya.

Lokasi : tempat parkir Fakultas Sains dan teknologi
Universitas Airlangga

Tidak berhenti disitu saja, selang beberapa hari setelah kejadian tersebut menimpa Silvia, salah satu temannya Nia (18) juga merasakan hal yang serupa. Namun naasnya, sudah dua kali berturut-turut helm milik Nia hilang di tempat yang sama. Sungguh kejadian yang tidak wajar sebenarnya. Apalagi  mengingat Nia baru beberapa kali meletakkan helm miliknya, di penitipan helm sekitar parkiran FST. Helm Nia yang pertama hilang adalah merk INK hitam dan yang kedua adalah merk INK merah muda. Hanya ditinggal sehari dalam kurun waktu pagi sampai sore helm-helm tersebut sudah hilang tak berbekas. Akhirnya, Nia pun sudah enggan menitipkan helm miliknya di tempat yang sama lagi.
            Silvia dan Nia keduanya adalah mahasiswa baru yang baru beberapa bulan menempati kampus yang bersloglan “Excellent With Morality” itu. Menurut kesaksian Silvia, tempat penitipan helm tersebut masih saja digemari mahasiswa FST. Bahkan setelah berulang kali terjadi pencurian helm di tempat tersebut. Setiap hari, ada saja yang tetap meletakkan helmnya disana, bahkan sampai puluhan. Meskipun tempat penitipan helm tersebut dekat dengan pos satpam, pencurian dapat terjadi dengan sangat rapi. Hal ini karena helm-helm tersebut hanya tergeletak dan tertumpuk tanpa adanya identitas yang jelas.

Tempat penitipan helm Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga

            Sudah sepantasnya tempat penitipan helm tersebut diperbaharui. Pasalnya, tempat yang disebut tempat penitipan helm mahasiswa tersebut dipandang kurang pantas. Bukan berupa rak-rak dimana helm-helm dapat tertata rapi dan beridentitas, namun lebih mirip seperti tempat pembuangan helm. Kotak yang hanya berukuran 2x2 meter tersebut berisi tumpukan puluhan helm mahasiswa FST. Mungkin memang bukan fasilitas utama yang sangat diperlukan bagi mahasiswa. Namun, alangkah eloknya jika kampus tempat menimba ilmu membawa kenyamanan bagi mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa jadi terhindar dari kekhawatiran dan kewaswasan kalau saja pulang kuliah jadi tak berhelm. Yang akibatnya, dapat berupa sanksi tegas dari pihak kepolisian ketika berkendara tanpa menggunakan helm. Apalagi kasus pencurian tersebut terjadi di dalam kampus.
            Kasus pencurian helm tersebut adalah gambaran kecil yang tak hanya satu dua orang saja yang mengalaminya. Masih di Surabaya, Sinta (19) juga mengaku kehilangan helm miliknya di tempat umum. Saat itu (28/10) setelah pulang rapat di Kebun Bibit Surabaya, sekitar pukul tujuh malam, Sinta meletakkan helmnya di depan warung penyetan. Sinta, yang saat itu sedang menikmati penyetan, tak sadar bahwa helmnya tergeletak di atas kursi. Setelah usai makan dan hendak pulang, Sinta lupa membawa helm tersebut bersamanya. Setelah tersadar, ia pun kembali untuk mengambil helm miliknya. Namun naasnya helm tersebut sudah tidak ada. Menurut kesaksian pemilik warung penyetan tersebut, helm milik Sinta sudah diaku oleh orang lain. Akhirnya, dengan sangat terpaksa Sinta pulang dengan tak ber-helm. Meskipun dengan keadaan was-was terkena tilang, ketika itu untungnya sudah gelap. Ia  tidak ditilang karena berkendara di jalan raya tidak menggunakan helm.
Bahkan sebagian orang mengaku ‘wajar’ ketika kehilangan helm. Namun, jika hal tersebut di ungkap lebih jauh, tak ada seorang pun yang sebenarnya merasa baik-baik saja ketika kehilangan helm miliknya. Apalagi helm tersebut baru saja dibelinya degan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang miliknya.  Bukan peristiwa yang patut diungkit-ungkit sebenarnya, namun tetap saja kehilangan helm meninggalkan bekas luka bagi pemiliknya.
Menjadi prioritas utama pribadi masing-masing untuk menjaga barang miliknya. Tak hanya helm, namun barang-barang kecil lainnya yang akan fatal akibatnya ketika hilang. Untuk itu, harus tetap waspada dan hati-hati jika telah memasuki ranah baru. Bukan untuk menanamkan sifat kecurigaan berlebihan terhadap orang lain. Namun, kewaspadaan tersebut akan membuat kita sadar bahwa hal-hal kecil yang sering kita abaikan, bagi orang lain mungkin suatu hal yang belum sempat dimilikinya. Tidak hanya itu, menjaga hal-hal kecil tersebut akan membuat kita memiliki sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. (AN)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.