Header Ads

“Sebagian orang memimpikan sukses. Sementara yang lainnya bangun dan kerja keras untuk sukses”

CERPEN_ COLORFUL OF LOVE



Cinta. Benar-benar kata yang tak pernah lepas dari hidup ini. Dia ada, tapi entah dimana letaknya. Tak akan habis waktu dan akal untuk membicarakan cinta. Seperti bunga-bunga bermekaran. Seperti alunan melody klasik tuts-tuts piano. Seperti percikan kembang api tahun baru. Seperti hembusan angin malam. Seperti kamu.
            Namanya Sefia. Aku mengenalnya setahun yang lalu. Saat itu dia baru saja menjajakan kakinya di kampus ini. Dia selalu menjadi pusat perhatian di antara mahasiswa-mahasiswa baru lain. Sifatnya yang bersahabat dan periang membuat siapapun enggan meninggalkannya. Aku mengaguminya.
            Hari itu aku tak sengaja menjatuhkan kertas surveyku di kampus. Maklum saja, saat itu aku sedang sibuk menyiapkan skripsi ku yang akan datang beberapa bulan lagi. Benar-benar ceroboh. Padahal survey itu baru saja aku lakukan di salah satu SMA Negeri dan itu tidak mudah. Saat aku sedang panik-paniknya, Sefia datang. Dia menyodorkan benda yang sudah membuatku pening sembari tersenyum. Aku tak pernah lupa bagaimana dia memberikannya dan apa yang dia katakan. “Jangan ditinggal sembarangan lagi ya” dia mengatakannya sembari tersenyum manis. Mungkin jika itu orang lain, dia akan berkata “Ceroboh banget sih” atau “Kenapa gak di masukin ke sampah sekalian?”
            Aku sudah berganti label dari sekadar mengaguminya hingga menyukainya, atau malah mencintainya. Rencananya, setelah lulus nanti aku akan melamarnya. Mungkin tujuh bulan lagi. Aku tak berniat mengikatnya sebelum waktu itu datang. Dalam Islam juga tak mengenal pacaran atau bertunangan. Jadi, sebelum waktu itu datang, aku tak bisa memberi janji-janji menyesatkan. Aku bukan remaja labil seperti dalam sinetron-sinetron.
Satu bulan lagi hari itu datang, sekarang aku juga sudah bekerja di salah satu perusahaan. Aku yakin Sefia akan menerimaku. Masih di hari yang sama Sefia menemuiku. Dia tersenyum sambil merogoh isi tasnya. Aku penasaran. Apa dia akan memberi hadiah untuk ku? Apa mungkin dia juga menyukaiku? Dia mengeluarkan kertas berbentuk persegi panjang dihiasi pita warna merah, menurutku benda itu tak asing. Aku sering melihatnya.
Benarkah ini? Apa ini halusinasi? Sefia akan menikah seminggu lagi. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Apa aku terlalu mengulur-ngulur waktu. Apa tujuh bulan terlalu lama untuk mengungguku. Ahh benar, aku belum pernah mengatakannya pada Sefia, Aku belum pernah mengatakan ingin melamarnya. Aku belum pernah mengatakan bahwa aku mencintainya. Oh Tuhan aku kecewa. 
            Kecewa. Apa ini bisa disebut salah satu warna-warni cinta? Kupikir cinta itu indah, kupikir cinta tak akan membuatku meneteskan air mata. Kupikir hanya ada tawa dalam cinta. Apa aku salah menafsirkan cinta? Bagaimana mungkin aku begitu memuji cinta yang kejam ini? Dulu aku berfikir galau itu cerita remaja yang belum menemukan jati dirinya. Yang hanya bisa berfikir hari ini dan mengabaikan hari esok. Aku salah. Aku benar-benar salah.
Aku berjalan menyusuri kota penuh sesak ini. Ku kalungkan kameraku di leher. Mungkin memotret bisa menjadi pelipur lara. Aku terus berjalan. Tak tau seberapa jauh ini, aku tak yakin ini masih kotaku atau bukan, entahlah. Angin sore menerpa rambutku hingga menembus leherku. Sangat nyaman. Kupandangi orang-orang itu, kameraku terus berpusat padanya.
            Anak itu menangis lagi. Sudah kesekian kalinya dia menangis. Padahal baru saja dia tersenyum bahagia. Wanita itu terlihat sabar dan terus berusaha, mulai dari sekedar menggendong anak itu, sampai harus melupakan rasa malu nya dan melupakan kelelahannya. Jika itu aku, mungkin aku sudah membuang anak itu dari pandanganku. Dia menyebalkan, selalu merasa gelisah. Ini salah itupun tak pernah benar. Aku heran dengan wanita itu, bagaimana dia bisa terus tersenyum tanpa ada raut wajah putus asa setiap anak itu menangis dan menangis, hanya itu yang dia lakukan sepanjang hari. Inikah cinta? 
Aku terus menyusuri jalan. Aku melihat pemuda hendak pergi ke suatu tempat. Aku mengikutinya. Dia menyisingkan lengan bajunya hingga siku dan segera melipat celananya hingga terlihat mata kaki nya. Dia basuhkan air suci itu ke bagian-bagian tertentu sebanyak tiga kali. Wajahnya berseri-seri. Kulihat dia lebih dekat, dia tak sedikitpun melirikku yang terus memperhatikannya. Pemuda itu terus melakukan ritualnya, melakukan gerakan-gerakan secara teratur yang diakhiri dengan sujud syukur. Dia terus bermunajat, sangat khusyuk. Kucoba memecah perhatiannya dengan menjatuhkan koin ke lantai. Tapi dia tak menengok sama sekali. Aku tersenyum, dia sedang bersujud kepada Tuhannya. Ahh benar, itu cinta.
            Cinta. Jika kau pikir cinta itu sebuah perasaan membuncah terhadap lawan jenis, maka kau salah. Cinta tak sesempit itu, banyak cinta yang tak pernah kau sadari. Banyak cinta yang kau abaikan. Banyak cinta yang tak pernah kau bayangkan. Disaat kau terlalu sering mendapat masalah dan saat kau merasa hampir putus asa, bukan karena Tuhan membencimu dan menghukummu, tapi saat itulah Tuhan sedang mengajarimu tentang kesabaran dan Tuhan memintamu menjadi pribadi yang kuat, maka percayalah, itu cinta.

~The End~

By : AN Laili


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.