CSS_ TEMAN YANG TELAH HILANG
Sebut
saja namanya Melati, usianya hampir sama denganku. Kami berteman mungkin sudah
14 tahun, sejak kami RA (sejenis TK). Dia cantik, pintar, dan sangat ceria.
Kami sangat akrab sampai harus bertukar cerita setiap harinya. Kami selalu satu
sekolah sejak kecil, mulai RA-MTs (sejenis SMP), kemudian MAN (sejenis SMA)
kami harus berpisah karena dia tidak diterima di MAN yang sama denganku. Aku
tetap berada di kota kelahiran (Kota Kediri) dan dia memutuskan untuk
bersekolah di Blitar. Semenjak itu, kami jarang berhubungan se-intens dulu.
Aku masih sangat ingat dulu, dia
memimpikan sekolah di MAN dimana tempat aku sekolah dulu, ketika aku bahkan
belum memikirkan bagaimana hidupku nanti. Sepulang sekolah dari Mts, kami selalu
naik sepeda bersama, bersebelahan dengan kecepatan yang sama pula. Disitu dia
bercerita tentang buku yang barusan ia baca, film yang barusan ia tonton, dan
mimpi-mimpi yang ingin ia wujudkan. Ketika kami lewat di depan gerbang MAN, dia
berkata “aku pengen banget sekolah disana nanti, gak tahu kenapa”, aku hanya
manggut-manggut sok ngerti perasaannya. Kami lalu daftar di MAN
tersebut, namun sayangnya hanya aku yang diterima, aku gak tau harus bahagia
kah di atas kesedihan dia, tapi tidak, aku menahannya, berharap esok dia sudah melupakan hal menyedihkan kala
itu.
Satu hal pasti yang sangat kuingat
adalah kami menyukai warna yang sama. Ya, warna ungu. Entahlah disaat semua
orang mengatakan ungu warna janda, namun bagi kami ungu adalah warna paling
indah. Semua hal pasti lucu kalau itu ungu, mulai dari dompet, tempat
pensil, baju, apapun itu. Tetapi disaat yang sama pula, aku benci karena kami
terlalu banyak kesamaan. Menurutku hal itulah yang membuat kami kadang jadi
musuhan kecil, entalah.
Beberapa hari yang lalu dia
ulang tahun, dengan bodohnya aku lupa. Entah kenapa aku bisa lupa tanggal ulang
tahunnya yang biasanya selalu ku ingat,entahlah tidak tahu, yang jelas aku
masih sangat mengingat dirinya. Aku selalu menyesal ketika tanpa sengaja aku
melupakannya dan tanpa sengaja aku menganggapnya benar-benar hilang.
Dua tahun yang lalu, saat itu
aku sedang penempuhan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) organisasi yang aku ikuti di
MAN dan bertempat di luar kota. Dimana disana tidak ada sinyal apapun, dan saat
itu kartu ponselku memang terkenal susah sinyal. Dengan cueknya, aku tidak
membuka ponsel sama sekali, seolah-olah fokus pada kegiatan yang saat itu aku
jalani. Aku masih ingat sore hari kala itu, beberapa orang mencoba
menghubungiku, menelpon, sms, kemudian menelpon kembali. Tapi sekali lagi
karena sinyal, aku jadi sulit dihubungi. Ketika sinyal muncul ke permukaan aku
mendapati satu sms muncul, “ndok! melati meninggal” sms yang dikirim ibuku.
Aku kaget, tidak serta merta
percaya aku mondar-mandir ke jalanan mencari sinyal,. Setelah akhirnya
menemukan sinyal, bertubi-tubi sms masuk berkata hal serupa. Padahal saat itu
baru 3 hari dari 5 hari yang dijadwalkan untuk penempuhan tersebut. Aku benar-benar
bingung, tempat dimana aku berada sangat jauh dari rumah, apalagi aku berangkat
bersama-sama dengan teman yang lain, tidak mungkin aku pulang jalan kaki kan? Aku
mencoba tenang, berharap bisa segera pulang. Setelah itu, 2 hari kemudian aku
pulang.
Aku sampai rumah siang hari,
kemudian tanpa berpikir panjang aku langsung ke rumah Melati. Suasana duka
menyelimuti, aku yang saat itu tidak berpikir panjang langsung menemui ibunya. Benar
sekali, Melati sudah dikuburkan dua hari yang lalu. Dengan isak tangis ibunya
berkata kepadaku, “kok tumben baru dateng mbak Lia”, hatiku sakit sekali. Yang lebih
menyedihkan adalah saat di rumah sakit,beberapa hari sebelumnya melati
mencariku, katanya ingin belajar kimia bareng, saat itu memang dia sedang UAS,
sedangkan aku sudah selesai. Dan parahnya, aku tidak tahu dia dirawat di rumah
sakit. Ya Tuhan, itu adalah sakit hati pertama yang aku alami.
Dulu sekali, melati pernah
bertanya kepadaku “kalo aku pusing gini kira-kira obatnya apa ya? Dengan santai
aku menjawab, “masuk angin kali, coba aja minyak angin”. Dia tidak berkata
padaku kalu dia punya penyakit parah. Karena jarang bertemu aku juga tidak
pernah bertanya dengan serius. Aku memang bodoh, cuek, dan tidak pernah
mengerti. Yang paling bodohnya lagi, kami tidak pernah foto bersama, satu foto
pun. Saat itu mungkin kami merasa akan bertemu lagi, lagi, dan lagi. Dan sekali
lagi itu kata-kata yang selalu kami percaya. Mungkin itu yang disebut sakit,
tapi tidak berdarah.
Entah kenapa akhir-akhir ini aku
kepikiran Melati. Entahlah, mungkin aku merindukannya atau mungkin hanya teringat
rasa bersalahku yang mendalam. Yang pasti semoga kamu tenang dan mendapatkan
tempat terindah disisi-Nya. Oh iya, selamat ulang tahun ya :) aku kangen cerita film
mu yang sangat ekspresif itu. Kangen banget!
Tidak ada komentar